Gadis itu membuka pintu gerbang lalu masuk ke dalam. Ia melepas high heels-nya dan berjalan menuju teras rumah melalui deretan batu-batu alam berwarna cokelat. Di kanan kiri jalan tersebut, terpapar bonsai bonsai yang sudah terstilir dalam berbagai bentuk. Bungkul bungkul bunga menyembul malu-malu. Tak lupa, seluruh tanah di dalam pagar itu terlapisi rumput hijau yang sangat lembut.
Minggu, 27 November 2011
The Voices *part 2*
Sedan umum berwarna biru itu tiba di depan sebuah bangunan megah. Pagarnya menjulang tinggi dan memiliki ornamen-ornamen yang indah. Empat pohon palem tertanam di depannya. Tertancap di hamparan rumput hijau yang terpangkas rapi.
Minggu, 20 November 2011
Mengejar Kimia
Adakah yang menghitung berapa banyak langkah yang kita ambil saat berlari tadi ?
Adakah yang menghitung berapa banyak tetes keringat yang bercucuran tadi ?
Adakah yang menghitung berapa banyak kita mengibas-ngibaskan buku untuk dijadikan kipas tadi?
Well... Tak ada yang salah jika tidak ada satupun yang menghitungnya.
Namun, satu hal yang perlu kita tahu adalah degup jantung kita yang cepat mempengaruhi ayunan kaki kita.
Satu menit kurang, kita sudah sampai di kelas bermeja panjang. Bersiap menghadapi "Laju Reaksi".
Menjadi murid pilihan yang duduk di XI IPA 1, tidak selamanya enak. Kelas besar yang terletak di ujung sekolah ini mengharuskan kita mengambil langkah lebih banyak lagi untuk bisa mencapainya. Kelas yang jauh dari TU, kelas yang jauh dari PSB, kelas yang jauh dari perpustakaan, kelas yang jauh dari kantin, kelas yang jauh dari ruang OSIS, namun berada tepat di samping musholla.
Menghadapi kimia di tengah hari, saat matahari menjadi "ibu tiri" bukanlah yang mudah. Namun, Tuhan sudah berbaik hati dengan mengirimkan gelak tawa di antara nafas ngos-ngosan dari paru-paru yang tidak begitu suka berolahraga.
Kalau saja Uci' tidak berteriak, memberitahu kalau Pak Guru sudah datang, mungkin kita tak akan mengadakan lomba lari dadakan. Mengayunkan kaki secepatnya, berusaha merengkuh kelas dari ruang PSB yang ada di ujung depan sekolah. Tas-tas berat berisikan buku-buku tebal berayun di pundak, namun tak mampu menepis semangat guna mencapai kelas lebih dulu dari Pak Guru. Walaupun hasilnya, hanya ada 4 orang siswa yang berhasil -Uci, Eca, Ana dan Kurida-. Sepertinya kelas kita sudah menemukan atlit lari. Semoga saja, di beberapa tahun mendatang mereka bisa mengharumkan nama Indonesia dengan unpredictable ability mereka itu.
Di kelas pun, kita butuh waktu bermenit-menit untuk menyetabilkan detak jantung dan menormalkan tarikan nafas sebelum membahas apa itu katalis. Alhasil, kitapun hanya belajar 25 menit.
XI IPA 1, katanya kelas unggulan. Tapi, sekarang hal itu sudah mulai terbukti. Dengan jerih payah kami untuk berlari yang benar-benar berlari untuk mengejar materi kimia.
Weee, XI IPA 1??? Besok lari lagi yukkk....
Miss Ariesandy
Sabtu, 19 November 2011
LOVE
love … ..
only your shadow in my heart
will never be erased by the time
that it continues to pass
in all my time
only your shadow in my heart
will never be erased by the time
that it continues to pass
in all my time
just love that crossed my mind
which I do not know by the time pet
My nan who worship in my life
never tired of your presence
which I do not know by the time pet
My nan who worship in my life
never tired of your presence
lover …
I regret you are not on my side tonight ..
This time I missed,,
I regret hadirmu why he was the one who berhakatas yourself ..
love hurt
if you are here,,
I do always keep and love you ..
if you created untuku,,
I do love trindah bundle just for you …
I regret you are not on my side tonight ..
This time I missed,,
I regret hadirmu why he was the one who berhakatas yourself ..
love hurt
if you are here,,
I do always keep and love you ..
if you created untuku,,
I do love trindah bundle just for you …
me : Eka
Lebih Dari Bintang-Lyla
Download this song
Ku pejamkan mata ini saat kurindu hadirmu
Maka tak sedetikpun bayangmu menghilang
Begitu hebatnya rasa yang tuhan sedang titipkan
Untukku Untukku Untukkku
Padamu Padamu hanya Padamu
reff:
Kau lebih dari sekedar bintang-bintang
Kau lebih dari sekedar sang rembulan
bagiku kau ratu penguasa isi hatiku
Kau lebih dari sekedar bintang-bintang
Kau lebih dari sekedar sang rembulan
Ku pastikan aku selalu ada untukmu
Ku pejamkan mata ini saat kurindu hadirmu
Maka tak sedikitpun bayangmu menghilang
Begitu hebatnya rasa yang Tuhan sedang titipkan
untukku untukku untukku
Padamu padamu padamu
repeat reff
begitu banya bintang berpijar menemaniku
namun tak satupun terangi hatiku seperti, seperti hatimu
repeat reff
(bintang bintang sang rembulan kau lebih dari bintang)
Ku pejamkan mata ini saat kurindu hadirmu
Maka tak sedetikpun bayangmu menghilang
Begitu hebatnya rasa yang tuhan sedang titipkan
Untukku Untukku Untukkku
Padamu Padamu hanya Padamu
reff:
Kau lebih dari sekedar bintang-bintang
Kau lebih dari sekedar sang rembulan
bagiku kau ratu penguasa isi hatiku
Kau lebih dari sekedar bintang-bintang
Kau lebih dari sekedar sang rembulan
Ku pastikan aku selalu ada untukmu
Ku pejamkan mata ini saat kurindu hadirmu
Maka tak sedikitpun bayangmu menghilang
Begitu hebatnya rasa yang Tuhan sedang titipkan
untukku untukku untukku
Padamu padamu padamu
repeat reff
begitu banya bintang berpijar menemaniku
namun tak satupun terangi hatiku seperti, seperti hatimu
repeat reff
(bintang bintang sang rembulan kau lebih dari bintang)
Jumat, 18 November 2011
The Voices *part 1*
Matahari benar-benar kejam siang ini. Panasnya bercampur dengan kepulan asap kendaraan yang terbatuk-batuk di jalan raya. Mungkin inilah contoh dari neraka dunia.
Berkali-kali gadis berbaju formal itu mengelap wajahnya dengan tisue. Sudah tiga bungkus tisu ia habiskan untuk 4 jam ini. Lain kali, ia berencana untuk membawa tisue toilet saja. Supaya suaranya bisa dihemat. Maklumlah, untuk mendapatkan tisue itu, ia harus berteriak memanggil pedagang asongan. Bertanding dengan suara kernet-kernet bemo, raungan motor pretelan dan klakson-klakson yang berdebat.
Bedak tipis yang ia poleskan tadi pagi, sudah luntur oleh aliran keringatnya yang menganak sungai. Alhasil, mukanya sedikit belang-belang. Sialnya, kulitnya yang hitam manis itu tidak bisa menyembunyikan kelunturan make up yang mendempul di wajahnya.
Jam tangan harga 100.000 yang melingkar di tangannya menunjukkan pukul 12.30. Lewat sedikit dari tengah hari. Setelah menarik nafas panjang, ia kembali berjalan. Meneruskan langkahnya yang lumayan tertatih oleh high heels 5 centi-nya.
Berjalan di tengah kota yang mencekik dengan panasnya bukanlah hal yang mudah. Ia pun mengeluarkan map yang berisi aplikasi dirinya. Dijadikannya map itu kipas. Seraya berjalan, tangannya mulai mengipas-ngipas. Tidak cukup sejuk. Namun, bisa mengurangi sedikit penguapan dari tubuhnya.
Tiba-tiba, tanpa pemberitahuan terlebih dahulu. Angin berhembus sangat kencang. Menerbangkan lembaran-lembaran aplikasi yang terselip di mapnya. Ia, hanya bisa melongo melihat lembaran-lembaran itu berterbangan dari mapnya. Tenaganya sudah cukup terkuras selama berjalan tadi. Apalagi, ia belum makan siang. Walaupun sedikit tak rela, iapun menyetop taksi lalu pulang lebih awal ke rumahnya.
...
Wajah lelaki itu tersembunyi separuhnya di belakang kamera yang ia pegang. Lensa kameranya, tidak membidik sesuatu yang berarti. Hanya rumput-rumput bergoyang dengan sudut yang tak diperhatikan. Sebagai kameraman amatiran, hal ini tidak akan membuang-buang waktunya. Jadi tak masalah.
Di sudut kota yang tercekik matahari, ia bisa menemukan tempat kecil yang masih hijau permai. Dengan hamparan rumput seperti lapangan golf. Padahal ini bukan lapangan golf. Tempat ini, tempat favoritnya semenjak ia remaja. Menghirup oksigen di sini akan lebih tenang daripada bernafas di zebra cross kotanya.
Tiba-tiba angin bertiup dengan keras. Selembar kertas dengan sukses mendarat di kameranya, menutupi lensa yang sudah siap membidik batang rumput kecil di ujung sana.
"Nonika Agluiera..."
Sekejap saja, kabel-kabel memorinya mengantarkan sebuah kenangan kecil yang tak kan terhapus di perjalanan hidupnya. "Diakah itu," bisik batinnya.
Rian, nama pemuda itu. Segera membereskan peralatan kameranya. Lalu menuju ke alamat yang tertera di kertas putih itu.
Ia pacu porsche putihnya...
Benarkah itu dia??
Benarkah itu dia??
Miss Ariesandy
Rabu, 16 November 2011
kentut
Oh kentut........
Bunyimu begitu lembut
Suaramu put...put..put
Seperti burung perkutut
Kalo di tahan jadi sakit perut
kalo keluar bikin ribut
oh kentut.............
by:
admi
Bunyimu begitu lembut
Suaramu put...put..put
Seperti burung perkutut
Kalo di tahan jadi sakit perut
kalo keluar bikin ribut
oh kentut.............
by:
admi
lagu
satu-satu aku sayang kamu
dua-dua aku sayang kamu
tiga-tiga aku sayang kamu
satu dua tiga aku sayang kamu.......:}
by: sujane
dua-dua aku sayang kamu
tiga-tiga aku sayang kamu
satu dua tiga aku sayang kamu.......:}
by: sujane
matamu
matamu bagaikan matahari yg bersinar di siang harii....
air matamu bagaikan air yang mengalir begitu deras...
bola matamu bagaikan lingkaran yang membebaskan ku dari mara bahaya..
kelopak matamu bagaikan apa jak nya gwe gk tau...
yang jelas matamu begitu indah....
by: sujane
air matamu bagaikan air yang mengalir begitu deras...
bola matamu bagaikan lingkaran yang membebaskan ku dari mara bahaya..
kelopak matamu bagaikan apa jak nya gwe gk tau...
yang jelas matamu begitu indah....
by: sujane
puisi
cinta..............
kau tidak terlihat hanya dapat dirasakan oleh hati
cinta..............
indahnya bila sedang jatuh cinta
ghsdgjdjfklkggckfkwlw;
ghdggeskghktlrjk
uktikhlkjly
asgfsdgsfjhjdkh\
kau tidak terlihat hanya dapat dirasakan oleh hati
cinta..............
indahnya bila sedang jatuh cinta
ghsdgjdjfklkggckfkwlw;
ghdggeskghktlrjk
uktikhlkjly
asgfsdgsfjhjdkh\
by kiki
Rabu, 09 November 2011
English Speech - Corruption in Indonesia and the Suitable Punishment
Indonesia is a developing country with high scale of poverty. But, this condition does not motivate the goverment tto improve Indonesia. Most of the goverment member choose to take country's money for them selves. It means, most of the goverment member didnt do their duty well. Evev, they steal the country's money.
There are many corruption cases in Indonesia. On internet I saw there are about 1800 corruption cases in Indonesia for a year. I'll tell you several corruption case in Indonesia. First, the corruption case of Century. We know that few months ago Indonesia make a special commite for solving this problem. And they held many meetings for finding solution. But untill know, the Special Commite have not give the solution for this case. They just spend country's money for holding many meetings. The second case is about Gayus Tambunan. He corruptes the tax and the goverment still cannot solve this problem. After that, there is Marulli Pandapotan Manurung, the leadership of Gayus Tambunan. He got 570 millions rupiahs plus 1,5 billions by corrupted the tax.The goverment still searching the solution for this case. And the last, there is Toni Haryono, husband of Rina Iriani, the regent of Karang Ayar, West Java got 5 billions rupiahs by corrupted the foundation from building the Griya Lawu Asri housing.
According to the research op PERS (Politic and Economy Risk Concultasy), now Indonesia is on the fisrt rank of the corruption's cpuntry from Asia Pasifik. It is so horrible, because with corruption, it'll be difficult even imposible to improve our country. Our country will be poorer than before.
On our laws there are many punishment for the corruptor. But the question now is how to make the corruptor afrais to do corruption? We need to follow China. I China, the goverment or other person that are corrupted will get capital punishment or death penalthy. If Indonesia can hold that law, the corruptor or other person who wanna corrupt will be afrais to corrupted. It doesnt matter if other country make us cruel. Because the most important thing is how to solve corruption problem. And it will help the goverment to improve Indonesia and influence Indonesia's corruption rank.
Langganan:
Komentar (Atom)