Senin, 13 Februari 2012

Pakibraka XI IPA 1

Wabup Lombok Utara berkunjung ke sekolah kita... Menyampaikan amanatnya mengenai generasi muda. Well, tapi itu bukan hal yang akan dibahas dalam postingan kali ini.
Karena yang menjadi pembina di upacara pagi ini adalah wabup, maka upacara menjadi istimewa. Karena itulah, yang bertugas mengibar bendera adalah paskib SMANTAN yang sudah melalang buana di kabupaten dan provinsi. Dan di kelas XI IPA 1, ada dua orang yang ikut dalam pasukan itu. Dan sebentar lagi anda akan melihat apa yang dilakukan penghuni XI IPA 1 dengan baju khusus paskib yang dikenakan saat upacara bendera pagi itu, :D










Senin, 30 Januari 2012

Rumus Kimia - Menghitung PH dalam larutan

  • M1V1 = M2V2   , V2 = V+ Vair
Rumus ini digunakan dalam reaksi pengenceren (suatu zat ditambahkan air).

  • M1H1V+ M2H2V2 = M3H3V3
Rumus ini digunakan untuk menghitung pH larutan yang terbuat dari dua zat yang berbeda dengan sifat yang sama. Misalnya ketika larutan H2SO4 dicampurkan dengan larutan HCL, dimana kedua larutan itu adalah zat yang berbeda namun memiliki sifat yang sama (bersifat asam kuat).

  • M1V1 + M2V2 = M3V3
Rumus ini digunakan untuk menghitung pH zat yang sama dengan konsentrasi yang berbeda. Misalnya ketika HCl 3 M dicampurkan dengan HCL 5 M.

Minggu, 27 November 2011

The Voices *part 2*

Sedan umum berwarna biru itu tiba di depan sebuah bangunan megah. Pagarnya menjulang tinggi dan memiliki ornamen-ornamen yang indah. Empat pohon palem tertanam di depannya. Tertancap di hamparan rumput hijau yang terpangkas rapi.
Gadis itu membuka pintu gerbang lalu masuk ke dalam. Ia melepas high heels-nya dan berjalan menuju teras rumah melalui deretan batu-batu alam berwarna cokelat. Di kanan kiri jalan tersebut, terpapar bonsai bonsai yang sudah terstilir dalam berbagai bentuk. Bungkul bungkul bunga menyembul malu-malu. Tak lupa, seluruh tanah di dalam pagar itu terlapisi rumput hijau yang sangat lembut.

Minggu, 20 November 2011

Mengejar Kimia

Adakah yang menghitung berapa banyak langkah yang kita ambil saat berlari tadi ?
Adakah yang menghitung berapa banyak tetes keringat yang bercucuran tadi ?
Adakah yang menghitung berapa banyak kita mengibas-ngibaskan buku untuk dijadikan kipas tadi?
Well... Tak ada yang salah jika tidak ada satupun yang menghitungnya.
Namun, satu hal yang perlu kita tahu adalah degup jantung kita yang cepat mempengaruhi ayunan kaki kita.
Satu menit kurang, kita sudah sampai di kelas bermeja panjang. Bersiap menghadapi "Laju Reaksi".

Menjadi murid pilihan yang duduk di XI IPA 1, tidak selamanya enak. Kelas besar yang terletak di ujung sekolah ini mengharuskan kita mengambil langkah lebih banyak lagi untuk bisa mencapainya. Kelas yang jauh dari TU, kelas yang jauh dari PSB, kelas yang jauh dari perpustakaan, kelas yang jauh dari kantin, kelas yang jauh dari ruang OSIS, namun berada tepat di samping musholla.

Menghadapi kimia di tengah hari, saat matahari menjadi "ibu tiri" bukanlah yang mudah. Namun, Tuhan sudah berbaik hati dengan mengirimkan gelak tawa di antara nafas ngos-ngosan dari paru-paru yang tidak begitu suka berolahraga. 

Kalau saja Uci' tidak berteriak, memberitahu kalau Pak Guru sudah datang, mungkin kita tak akan mengadakan lomba lari dadakan. Mengayunkan kaki secepatnya, berusaha merengkuh kelas dari ruang PSB yang ada di ujung depan sekolah. Tas-tas berat berisikan buku-buku tebal berayun di pundak, namun tak mampu menepis semangat guna mencapai kelas lebih dulu dari Pak Guru. Walaupun hasilnya, hanya ada 4 orang siswa yang berhasil -Uci, Eca, Ana dan Kurida-. Sepertinya kelas kita sudah menemukan atlit lari. Semoga saja, di beberapa tahun mendatang mereka bisa mengharumkan nama Indonesia dengan unpredictable ability mereka itu.

Di kelas pun, kita butuh waktu bermenit-menit untuk menyetabilkan detak jantung dan menormalkan tarikan nafas sebelum membahas apa itu katalis. Alhasil, kitapun hanya belajar 25 menit.

XI IPA 1, katanya kelas unggulan. Tapi, sekarang hal itu sudah mulai terbukti. Dengan jerih payah kami untuk berlari yang benar-benar berlari untuk mengejar materi kimia. 

Weee, XI IPA 1??? Besok lari lagi yukkk....


Miss Ariesandy

Sabtu, 19 November 2011

LOVE

love … ..
only your shadow in my heart
will never be erased by the time
that it continues to pass
in all my time
just love that crossed my mind
which I do not know by the time pet
My nan who worship in my life
never tired of your presence
lover …
I regret you are not on my side tonight ..
This time I missed,,
I regret hadirmu why he was the one who berhakatas yourself ..
love hurt
if you are here,,
I do always keep and love you ..
if you created untuku,,
I do love trindah bundle just for you …

me : Eka

Lebih Dari Bintang-Lyla

Download this song

Ku pejamkan mata ini saat kurindu hadirmu
Maka tak sedetikpun bayangmu menghilang
Begitu hebatnya rasa yang tuhan sedang titipkan
Untukku Untukku Untukkku
Padamu Padamu hanya Padamu

reff:
Kau lebih dari sekedar bintang-bintang
Kau lebih dari sekedar sang rembulan
bagiku kau ratu penguasa isi hatiku
Kau lebih dari sekedar bintang-bintang
Kau lebih dari sekedar sang rembulan
Ku pastikan aku selalu ada untukmu

Ku pejamkan mata ini saat kurindu hadirmu
Maka tak sedikitpun bayangmu menghilang
Begitu hebatnya rasa yang Tuhan sedang titipkan
untukku untukku untukku
Padamu padamu padamu

repeat reff

begitu banya bintang berpijar menemaniku
namun tak satupun terangi hatiku seperti, seperti hatimu

repeat reff

(bintang bintang sang rembulan kau lebih dari bintang)

Jumat, 18 November 2011

The Voices *part 1*

Matahari benar-benar kejam siang ini. Panasnya bercampur dengan kepulan asap kendaraan yang terbatuk-batuk di jalan raya. Mungkin inilah contoh dari neraka dunia.
Berkali-kali gadis berbaju formal itu mengelap wajahnya dengan tisue. Sudah tiga bungkus tisu ia habiskan untuk 4 jam ini. Lain kali, ia berencana untuk membawa tisue toilet saja. Supaya suaranya bisa dihemat. Maklumlah, untuk mendapatkan tisue itu, ia harus berteriak memanggil pedagang asongan. Bertanding dengan suara kernet-kernet bemo, raungan motor pretelan dan klakson-klakson yang berdebat.
Bedak tipis yang ia poleskan tadi pagi, sudah luntur oleh aliran keringatnya yang menganak sungai. Alhasil, mukanya sedikit belang-belang. Sialnya, kulitnya yang hitam manis itu tidak bisa menyembunyikan kelunturan make up yang mendempul di wajahnya.
Jam tangan harga 100.000 yang melingkar di tangannya menunjukkan pukul 12.30. Lewat sedikit dari tengah hari. Setelah menarik nafas panjang, ia kembali berjalan. Meneruskan langkahnya yang lumayan tertatih oleh high heels 5 centi-nya.
Berjalan di tengah kota yang mencekik dengan panasnya bukanlah hal yang mudah. Ia pun mengeluarkan map yang berisi aplikasi dirinya. Dijadikannya map itu kipas. Seraya berjalan, tangannya mulai mengipas-ngipas. Tidak cukup sejuk. Namun, bisa mengurangi sedikit penguapan dari tubuhnya.
Tiba-tiba, tanpa pemberitahuan terlebih dahulu. Angin berhembus sangat kencang. Menerbangkan lembaran-lembaran aplikasi yang terselip di mapnya. Ia, hanya bisa melongo melihat lembaran-lembaran itu berterbangan dari mapnya. Tenaganya sudah cukup terkuras selama berjalan tadi. Apalagi, ia belum makan siang. Walaupun sedikit tak rela, iapun menyetop taksi lalu pulang lebih awal ke rumahnya.
...
Wajah lelaki itu tersembunyi separuhnya di belakang kamera yang ia pegang. Lensa kameranya, tidak membidik sesuatu yang berarti. Hanya rumput-rumput bergoyang dengan sudut yang tak diperhatikan. Sebagai kameraman amatiran, hal ini tidak akan membuang-buang waktunya. Jadi tak masalah.
Di sudut kota yang tercekik matahari, ia bisa menemukan tempat kecil yang masih hijau permai. Dengan hamparan rumput seperti lapangan golf. Padahal ini bukan lapangan golf. Tempat ini, tempat favoritnya semenjak ia remaja. Menghirup oksigen di sini akan lebih tenang daripada bernafas di zebra cross kotanya.
Tiba-tiba angin bertiup dengan keras. Selembar kertas dengan sukses mendarat di kameranya, menutupi lensa yang sudah siap membidik batang rumput kecil di ujung sana.
"Nonika Agluiera..."
Sekejap saja, kabel-kabel memorinya mengantarkan sebuah kenangan kecil yang tak kan terhapus di perjalanan hidupnya. "Diakah itu," bisik batinnya. 
Rian, nama pemuda itu. Segera membereskan peralatan kameranya. Lalu menuju ke alamat yang tertera di kertas putih itu.
Ia pacu porsche putihnya...
Benarkah itu dia??

Miss Ariesandy